Lelaki muda ini bertandang ke kontrakan kami saat hari mulai malam. Baru pulang dari kantor. Berniat singgah lantaran ada banyak hal yang mau di sampaikan. Sebatas sharing, lantas memohon kami untuk berbagi jalan keluar, pastinya sesuai sama pengetahuan serta pengalaman yang kami punyai.
Saat itu, pernikahannya dengan akhwat berkerudung lebar idola hatinya telah di depan mata. Cuma bilangan sekian hari ke depan. Persiapan nyaris sempurna. Tetapi, ada permasalahan masalah kecil yang perlu mereka kerjakan.
Sesungguhnya cuma soalan kecil. Tetapi, atas tingkah setan-setan terlaknat, permasalahan itu merasa begitu besar sampai lelaki ini bertutur dengan menangis sambil memegang hpnya, “Kesel. Marah. Sudahlah. Saat ini ingin saya hubungi. Batalkan saja pernikahannya! ”
Situasi di kontrakan kecil kami juga mendadak mengha*ngat, lantas memanas. Tangisnya agak ken*cang. Tidak termonitor. Lantas, saya bergegas mendekati seraya menentramkan emosinya. Perlu sebagian waktu, barulah kami mengemukakan sepintas pandang berkaitan soalannya itu.
Terlebih, kami lebih dulu menikah, hingga dikira lebih memiliki pengalaman serta tahu mengenai langkah bijak yang semestinya di ambil.
Permasalahan lelaki ini serta akhwat shalihah calon istrinya, sejatinya bukanlah masalah yang besar. Cuma permasalahan enteng. Masalah kecil. Tetapi, lantaran komunikasi yang tidak makruf, terjadi salah pengertian sampai berbuntut pada aksi emosi sepihak berbentuk kemauan pembatalan pernikahan.
Kepadanya, kami mengingatkan. Kalau setan akan tidak tinggal diam. Setan, waktu seorang akan menikah, sudah siaga berkeliling untuk menerkam dua calon mempelai. Mereka punya niat mengacaukan hati serta fikiran keduanya, sampai mereka-atau salah satunya-berniat serta betul-betul membatalkan pernikahan.
Di sinilah, satu diantaranya, terdapat hikmah supaya kita merahasiakan lamaran. Sebab melamar cuma memohon izin, masihlah dapat dibatalkan, serta tidak ada yang menanggung bila keduanya betul-betul menikah.
Pada siapa juga yang tengah diambang pintu menuju mahligai baru bernama pernikahan lantas hidup dalam rumah tangga, yang mudah-mudahan islami, cermati hal semacam ini dengan baik. Jangan pernah lupa atau terlena sampai mengakibatkan Anda tergelincir ke lubang binasa serta kegagalan.
Yang paling penting, luruskan kemauan. Kemudian, mendekatlah pada Allah Ta’ala, sedekat-dekatnya. Janganlah buat jarak pada Anda dengan Allah Ta’ala. Yakinilah satu hal ; tidak ada yang dapat menggagalkan bila Allah Ta’ala Menginginkan. Mantapkan. Optimis. Tidakkah Anda menikah lantaran Allah Ta’ala? Bila sekian, mungkinkah Dia bakal menghambat serta bikin Anda sulit dalam menjalaninya?
Utama untuk di bangun kesadaran, supaya Anda tidak berhenti siaga sesudah menikah. Sebab dalam rumah tangga, persoalannya lebih menyeluruh. Akan makin banyak masalah, walau jalan keluar juga makin mudah, baik lewat jalur umum ataupun lewat jalur ‘khusus’.
Mudah-mudahan Allah Ta’ala berkahi pernikahan kita semuanya. Aamiin.
EmoticonEmoticon